Kendari, Portal.id – Mantan Menteri Pertanian Republik Indonesia (RI) periode 2014-2019, Andi Amran Sulaiman (AAS) tampil sebagai pembicara dihadapan ratusan peserta Seminar Nasional Universitas Halu Oleo (UHO).
Kegiatan tersebut digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UHO dengan tema “Ketahanan Pangan 2045, Menilik Potensi Sulawesi Tenggara” yang diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas di UHO baik secara daring maupun luring, Jumat, (30/9/2022).
AAS yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat IKA UNHAS itu memberikan memotivasi dan menguraikan kisah inspiratif untuk mahasiswa sebagai jalan meraih sukses masa depan saat menjadi pemateri secara daring yang diikuti ratusan peserta di aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.
Amran terlebih dahulu menceritakan perjalanan hidupnya yang dimana masa mudanya lebih banyak dihabiskan di Sulawesi Tenggara. Ia bahkan sekitar 20 tahun bermukim berpindah-pindah di Provinsi Sultra sembari menjual racun tikus.
“Saya pernah tinggal di Asera Konawe Utara, Konawe Selatan dan Bombana. Jual racun tikus dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter. Tinggal di gubuk-gubuk dengan gaji Rp 150 ribu per bulan,” ungkapnya.
Owner dari PT Tiran Group ini menegaskan, bumi Indonesia khususnya Sulawesi Tenggara sangat kaya dengan potensi pertanian, hanya saja masih banyak lahan tidur yang tidak dimanfaatkan. Olehnya itu, ia meminta kepada mahasiswa maupun pemuda Sulawesi Tenggara agar jangan banyak tidur, segera bangun dan manfaatkan lahan-lahan tidur itu untuk memulai usaha pertanian. Sebab, usaha pertanian itu berpotensi menjadi konglomerat dunia.
“Jangan takut menjadi petani, karena petanilah bisa meningkatkan produksi pangan kita. Pangan merupakan faktor utama bagi suatu bangsa. Kalau kita kekurangan pangan itu sangat bahaya. Bisa menimbulkan kekacauan dunia. Bangunkanlah lahan-lahan tidur, jangan biarkan ada lahan-lahan tidur di Sulawesi Tenggara. Kalau lahan tidur itu dimanfatkan maka Sulawesi Tenggara akan menjadi lumbung pangan terbesar,” bebernya.
Ia juga meminta kepada para peserta seminar agar jangan takut dihina, sebab dua guru terbaik yang membuat kita sukses yakni orang yang menyanjung dan orang yang menghina kita.
“Berubah, jadilah mahasiswa jujur, disiplin, beradab. Change the mindset, and change the world,” ungkap AAS yang disambut tepuk tangan antusias seluruh mahasiswa.
Penyampaian cerita yang dikemas dalam dialog interaktif membuat para mahasiswa semakin antusias. Tak jarang mahasiswa menyambut paparan kisahnya dengan tepuk tangan meriah.
‘Mau sukses?” tanya AAS pada mahasiswa baru disela-sela presentasinya, yang dijawab kompak mahasiswa baru, “mau!”
Bila ingin sukses, kata dia, habiskan air mata anda sekarang sampai sukses 10 tahun ke depan. Kalau tidak, maka 10 tahun ke depan anda akan menangis karena menyesal.
”Jadi kalian bisa pilih, keluarkan air mata perjuangan atau keluarkan air mata penyesalan,” ungkapnya.
Menurutnya, semua pemuda dan mahasiwa yang mengikuti semiar itu memiliki potensi yang sama untuk meraih kesuksesan dan mengubah dunia.
“Buka usaha kecil-kecilan, bukan suksesnya yang paling penting, namun prosesnya yang akan membentuk menjadi pribadi yang tangguh. Saya terlahir dari keluarga miskin, tapi saya tidak mau mati dalam keadaan miskin. Karena kalau saya mati dalam keadaan miskin itu berati kesalahan saya,” katanya.
Ia menambahkan, anak-anakku mahasiswa yang masih muda-muda semua. Mulai sekarang cucurkan semua air matamu, keluarkan semua energimu untuk bekerja. Nanti pada akhirnya, akan kau nikmati hasilnya. Ingat proses tak akan membohongi hasil. Untuk meraih sukses, harus dipersiapkan dari sekarang. Tidak ada sukses yang diraih secara instan, semuanya berproses.