Kesehatan, Portal.id — Bagi pria pasti akan merasa tidak percaya diri apabila durasi dalam berhubungan badan (seks) berlangsung sangat cepat, atau bahkan penis sama sekali tidak dapat tegang. Peristiwa itu biasa disebut dengan istilah lemah syahwat, atau dalam ilmu kedokteran dengan sebutan disfungsi ereksi.
Untuk para pria pasti sepakat, durasi seks yang singkat atau tidak tegaknya Mr P merupakan aib. Karena merasa tidak dapat memuaskan pasangannya. Tahu tidak, sebenarnya disfungsi ereksi terjadi bukan karena si pria lemah dalam berhubungan badan, tetapi karena adanya masalah kesehatan pada tubuhnya.
Mengutip dari Halodoc, gangguan kesehatan ini bisa dikenali dengam tiga kondisi utama, yaitu tidak dapat mencapai ereksi, bisa mencapai ereksi tetapi tidak lama, dan mengalami penurunan gairah seksual.
Membangkitkan gairah seksual pada pria memang bukan hal yang mudah. Proses ini membutuhkan kerja sama yang baik dari otak, saraf, otot, pembuluh darah, hormon, dan emosi. Disfungsi ereksi biasanya terjadi bila hal-hal tersebut mengalami masalah.
Bahkan, penyebabnya bukan tidak mungkin adalah kombinasi dari beberapa kondisi. Berikut beberapa kemungkinan penyebab seorang pria mengalami disfungsi ereksi:
Kondisi medis tertentu
Penyebab seorang pria mengalami gangguan kesehatan ini karena adanya kondisi medis tertentu, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, penyumbatan pada pembuluh darah, obesitas, sindrom metabolik, adanya perkembangan jaringan perut dalam Mr P, dan gangguan tidur.
Tidak hanya itu, beberapa kondisi lainnya yang juga dapat menyebabkan disfungsi seksual adalah gagal ginjal, sirosis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang sering menyerang perokok, zat besi pada darah berlebih, dan skleroderma atau pengerasan kulit.
Kemudian, hormon yang tidak seimbang juga kerap menjadi penyebab pria mengalami kondisi ini. Termasuk kelebihan atau kekurangan hormon tiroid (hipertiroid atau hipotiroid), kelebihan hormon prolaktin atau hiperprolaktinemia, juga hipogonadisme yang menjadi penyebab kurangnya produksi hormon testosteron.
Terakhir, beberapa penyakit yang menyerang sistem saraf, seperti epilepsi, multiple sclerosis, stroke, alzheimer, parkinson, dan sindrom Guillain-Barre juga memengaruhi kemampuan ereksi seorang pria.
Faktor psikologis
Ereksi terjadi ketika gairah seksual mulai timbul saat mendapatkan rangsangan. Namun, proses ini bisa terganggu bila ada masalah psikologis tertentu, seperti stres, depresi, kecemasan, atau masalah dengan pasangan.
Selain itu, usia dan tingkat stres juga bisa menjadi faktor penentu seseorang mengalami gangguan ereksi. Ada juga faktor psikologis, seperti widower syndrome yang menyebabkan efek samping yang sama.
Sindrom ini sering terjadi pada pria yang kehilangan pasangan hidupnya. Begitu pula pria dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah juga kerap mengalami lemah syahwat.
Efek samping konsumsi obat
Meski bermanfaat untuk mengobati penyakit, tapi obat-obatan tetap memiliki efek samping, salah satunya dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Beberapa jenis obat yang mungkin bisa memicu terjadinya masalah seksual tersebut, yaitu antidepresan, antipsikotik, penurun tekanan darah tinggi, penurun kolesterol, obat untuk kanker prostat, penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain maupun ganja.
Cedera pada Mr P
Bila kamu pernah mengalami cedera pada Mr P, bagian saraf, atau pembuluh darah pada punggung, hal tersebut bisa menyebabkan disfungsi ereksi.
Cedera pada area penis juga bisa memicu pembentukan jaringan parut dan membuat posisi organ tersebut jadi melengkung secara tidak normal selama ereksi.
Selain itu, cedera pada panggul yang berdampak pada organ reproduksi seksual pria juga bisa menyebabkan terjadinya masalah seksual ini. Lalu, mengendarai sepeda atau motor dalam waktu yang lama juga bisa memicu kondisi tersebut, karena dapat menekan area sekitar anus.
Efek samping operasi
Beberapa jenis operasi yang bisa menimbulkan efek samping disfungsi ereksi, seperti operasi pada otak dan tulang belakang. Hal ini dikarenakan terdapat saraf yang bertugas untuk mengatur proses ereksi pada kedua bagian tubuh tersebut.
Operasi yang berlangsung pada panggul atau bagian tulang belakang juga berisiko merusak saraf dan pembuluh darah pada area sekitar penis sehingga meningkatkan risiko terjadinya gangguan ereksi.
Tindakan medis lainnya yang bisa jadi turut memicu gangguan ereksi adalah operasi kelenjar prostat, terapi radiasi untuk kanker usus besar atau kandung kemih, dan operasi pengangkatan usus besar.
Bagaimana Langkah Pengobatan Disfungsi Ereksi?
Perlu diketahui, bahwa disfungsi ereksi tidak sama dengan ejakulasi dini. Gangguan ereksi yang tidak segera mendapatkan penanganan bisa berujung pada berkurangnya keharmonisan hubungan dengan pasangan. Dampak terburuknya, akan kesulitan untuk memiliki keturunan. Untuk pengobatan gangguan kesehatan ini, bisa melakukan beberapa cara.
Pertama, perubahan pola hidup sehat, seperti rutin olahraga, konsumsi makanan bergizi, penuhi asupan cairan tubuh, cukup istirahat, dan kendalikan stres dengan baik. Konsumsi obat, termasuk pil biru, obat injeksi, obat hormonal, dan obat yang masuk dalam kelompok supositoria.
Kedua, psikoterapi untuk gangguan ereksi yang terjadi karena masalah psikologis, seperti stres maupun depresi. Jadi, pastikan kamu melakukan penanganan sesegera mungkin jika merasakan gejala gangguan ereksi.
Buat kamu yang menderita disfungsi ereksi, mulai ubah pola hidup. Kalau sebelumnya malas olahraga, sekarang harus dibiasakan. Memangnya kamu mau nggak punya keturunan.
Laporan: Ferito Julyadi