Kendari, Portal.id — Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan keelokan bahari, dan sumber daya maritim. Diketahui, kelompok ikan pelagis seperti tuna dan cakalang sangat besar potensinya di daerah berjuluk Bumi Anoa ini.
Potensi ikan pelagis itu menjadi primadona ekspor dari Indonesia. Komoditas ini sangat dilirik oleh pasar global, dan itu memberikan dampak positif bagi nelayan Aruna di Sultra.
Mengutip penyampaian Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk KKP, pada 2022 lalu Indonesia sejatinya produsen tuna terbesar pertama di dunia. Dimana produksinya mencapai 15 persen dari total suplai. Kemudian diikuti oleh Filipina dengan 7,3 persen, Vietnam 6,6 persen, dan Ekuador 6,1 persen.
Mayoritas jenis tuna yang berasal dari Indonesia adalah yellowfin dan skipjack, yang angka peminatnya relatif tinggi. Kedua jenis tuna ini juga menjadi hero product Aruna.
Data tersebut dibenarkan oleh Community Development Aruna Sultra, Jumardin yang kesehariannya berinteraksi dengan para nelayan Aruna di lapangan.
“Sejak saya bertugas di area sini, memang mayoritas tangkapan nelayan itu adalah ikan tuna. Ikan tuna di sini ya bisa dibilang kualitasnya jempolan. Itu yang membuat Aruna mampu memenuhi permintaan pasar global,” ujar Jumardin.
Menurutnya, keberhasilan untuk memenuhi kualitas ekspor ini tentu tak lepas dari upaya edukasi yang secara masif Aruna lakukan kepada nelayan binaan, serta tim di lapangan.
Jumardin menjelaskan, edukasi yang diberikan berupa standard quality control produk, sehingga para nelayan binaan bisa menangkap ikan secara benar dan tetap menjaga kualitas tangkapan.
“Contoh, dulu masih ada ikan yang ketika Aruna terima dari nelayan itu perutnya sudah pecah. Otomatis itu tidak kami terima karena grade-nya sudah turun dan pasti tidak lolos quality control untuk pasar global. Tak lupa, kita pastikan juga bahwa hasil tangkapan mereka sudah pasti ditangkap tidak dengan alat yang tak ramah lingkungan. Nah, kami edukasi mereka terus, secara reguler,” jelasnya.
Tidak hanya edukasi, demi menjaga loyalitas nelayan, Aruna juga menyusun program Gelombang Hadiah Aruna (GAHAR). Dengan adanya program ini, para nelayan binaan dapat memperoleh beragam hadiah, salah salah satunya alat tangkap ramah lingkungan.
GAHAR menjadi program Community Development Aruna yang sangat menarik bagi nelayan, sekaligus dapat menjadi penyemangat bagi mereka untuk melaut dan menghasilkan komoditas perikanan yang berkualitas unggul.
Ungkapnya, sebagian besar nelayan pergi melaut hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka di hari itu saja. Dengan masuknya program GAHAR, para nelayan binaan menjadi sangat terbantu.
“Makan seadanya, bekal melaut pun seadanya, demi istri dan anak mereka. Dengan masuknya Aruna dan adanya program GAHAR mereka (nelayan) terbantu melalui adanya hadiah sembako dan alat tangkap. Misalnya di Kelurahan Tampo, nelayan lebih banyak memerlukan bantuan bubu dan kapal penampung untuk melaut agak jauh dari pemukiman,” ungkapnya.
Jumardin menegaskan, Aruna berkomitmen untuk mendukung penuh nelayan di Indonesia, salah satunya dengan cara kolaborasi lintas disiplin untuk membantu nelayan dari segala aspek keperluan.
Untuk diketahui, Aruan adalah startup e-commerce perikanan Indonesia yang menyediakan platform lelang ikan digital, serta pasar untuk produk makanan laut.
Laporan: Ferito Julyadi