Konawe Selatan, portal.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe Selatan (Konsel) resmi menetapkan Makam Lapadi, Benteng Lapadi, Bak Penampungan Air Jepang, Barak Jepang, Baterai Jepang, Plil Boks Jepang, Bungker L,U,Z Jepang, dan 2 Pilboks Torobulu sebagai status Bangunan Cagar Budaya Peringkat Kabupaten.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Konsel Erawan Supla Yuda melalui Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dikbud, Andi Rante Pattola menjelaskan, penetapan beberapa cagar budaya yang ada di wilayah teritorial pemerintahan kabupaten konawe selatan ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) Bupati Konawe Selatan Nomor:430/441 tahun 2023.
“Penetapan cagar budaya itu, berdasarkan rekomendasi hasil kajian Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Konsel,” ungkap Rante saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (13/6).
Mereka adalah Dr Basri Melamba selaku Ketua Tim, Dr Jabal Nur sebagai wakil ketua, sekretaris Hery Nopiyanto, kemudian Dr Saelan Adi Jaya, dan La Muda sebagai anggota.
Adapun lokasinya sambung Rante, Makam Lapadi terletak di desa Pamandati Kecamatan Lainea.
Di mana kondisi makam Lapadi saat ini terawat ditandai dengan adanya perhatian dari masyarakat setempat dengan melakukan perawatan dan pemberian papan informasi makam.
“Lapadi merupakan salah satu tokoh yang menjadi simbol eksistensi perlawanan kerajaan Konawe dalam menentang kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda pada masa itu,” jelasnya.
Lapadi lahir pada tahun 1864 dan wafat pada tahun 1914 kemudian dimakamkan di daerah Manumohewu. Ayahnya bernama Lamanangi dan ibunya bernama Wenggole, dimana keduanya orang tuanya tersebut merupakan keturunan bangsawan Konawe, yakni garis keturunan Inea Sinumo dan Kapita Taridala.
Yang kedua Benteng Lapadi Dimana Kondisi Benteng (Tondowatu) saat ini kurang terawat ditandai dengan adanya beberapa kerusakan seperti runtuhnya dinding batu bangunan, beberapa bagian dinding yang tertutup oleh lumut dan tanaman merambat lainnya seperti pepohonan yang mengelilingi Benteng Lapadi.
“Benteng ini beralamat di desa Watumeeto Kecamatan Lainea,” sebutnya.
Selanjutnya Bak Penampungan air, yang saat ini kurang terawat ditandai dengan adanya beberapa kerusakan seperti retaknya dinding bak, pengelupasan dinding bak bagian luar, beberapa bagian dinding bak air ditumbuhi lumut, tanaman merambat dan pepohonan serta tanah pondasi bagian bawah bak mengalami pengikisan.
“Lokasinya berada di Kawasan Militer TNI Angkatan Udara Haluoleo desa Ambaipua Kecamatan Ranomeeto, begitu juga dengan Barak Jepang,” katanya.
Baterai Jepang, katanya juga masih dalam kawasan Militer TNI AU HLO desa Ambaipua Kecamatan Ranomeeto. Dimana fungsi baterai itu sebagai tempat penyimpanan senjata, gudang amunisi serta sebagai penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Bangunan Baterai Jepang saat ini dalam kondisi terawat dan terpelihara dengan adanya perhatian dari pihak TNI-AU,” jelasnya.
Selanjutnya, Pilboks Jepang sebut Rante, saat ini kondisinya kurang terawat ditandai dengan adanya beberapa kerusakan seperti pengelupasan dinding bangunan bagian luar, dan beberapa bagian dinding yang ditumbuhi lumut, tanaman merambat, pepohonan dan timbunan tanah yang menutupi sebagian pintu masuk dan lubang bidik pilboks.
“Pada bagian atas Pilboks Jepang I sudah ditumbuhi pepohonan. Lokasinya masih dalam kawasan TNI AU HLO,”sebutnya.
Selain itu, cagar budaya yang masih berada dalam kawasan Militer TNI AU HLO yakni Bangke yang menyerupai huruf L,U dan Z. Dimana kondisinya juga kurang terawat.
Kemudian terakhir, ungkap Rante keberadaan cagar budaya Pilboks 1 dan dua yang terletak di desa Torobulu Kecamatan Laeya, yang merupakan bukti sejarah bernilai tinggi yang penting bagi identitas Kota Kendari khususnya di kawasan Torobulu kabupaten Konsel.
“Hal ini memberikan bukti bahwa kawasan Ambesea dan Torobulu mendapat dampak perang pasifik dari penguasaan Jepang di Indonesia dan Kota Kendari pada khususnya,” terangnya.
Ia menuturkan, Kota Kendari merupakan titik tengah dalam sistem segitiga pertahanan Jepang yaitu Morotai, Kendari dan Kupang.
Penempatan Pilboks Torobulu dan bangunan sistem pertahanan lainnya yang tersebar di kawasan Torobulu merupakan salah satu basis pertahanan Jepang di Sulawesi Tenggara.
“Keberadaan Pilboks Torobulu merupakan arahan hubungan Internasional dan komitmen melindungi warisan budaya.
Memiliki kandungan nilai-nilai edukasi dalam bidang Sejarah, Arkeologi, Arsitektur dan Teknik Sipil. Adanya Pilboks Torobulu menumbuhkan semangat patriotisme dan heroisme kepada generasi mendatang. Sebagai media edukasi nilai-nilai dan wawasan kebangsaan pada generasi mendatang,” tutupnya.