Kendari, Portal.id – Kondisi biodiversitas dan ekologi di Pulau Wawonii dengan keanekaragaman flora dan fauna saat ini tergolong baik. Seluruh sektor dinilai benar-benar berkomitmen untuk saling menjaga dan bertanggung jawab atas Pulau Wawonii, tak terkecuali peran dari sektor swasta.
Penilaian ini disampaikan oleh Prof Dr Ir Hj Husna Faad, MP, peneliti biodiversitas dan Guru Besar Jurusan Kehutanan di Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Menurutnya, bersama dengan pemerintah dan masyarakat, sektor swasta menjadi salah satu sektor yang tidak bisa dipandang sebelah mata karena perannya sebagai perpanjangan tangan pemerintah.
“Sektor ini terus menjalankan perannya untuk melakukan “patroli” biodiversitas di Pulau Wawonii. Peran ini tidak terbatas pada aktivitas monitoring secara berkala saja, tetapi juga menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk memberikan edukasi ke masyarakat dan bahkan solusi atas permasalahan biodiversitas yang ada di Pulau Wawonii,” jelasnya, Kamis (12/1/2024).
Prof Dr Ir Hj Husna juga menerangkan, kehadiran sektor swasta ini sebenarnya menciptakan simbiosis mutualisme dengan keberadaan aturan dan perundang-undangan yang mengatur ketat penjagaan area hutan. Dengan diberikan izin aktivitas penambangan, secara tidak langsung memberikan kewajiban pada sektor swasta agar turut bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekitar, beserta biodiversitas di dalamnya.
Seluruh penilaian obyektif ini merujuk pada hasil temuan Survei Pemantauan Wilayah Ekologi yang dilakukan atas kerja sama sejumlah peneliti dan PT Erdas Dwi Konsultan pada September 2023, khususnya, di enam lokasi di bagian tenggara Pulau Wawonii.
Dilaporkan ada sekitar 51 jenis kopepoda, 45 jenis kupu-kupu, 37 jenis ikan sungai air tawar dan payau, 35 jenis reptil dan amfibi, 70 jenis avifauna (burung), serta 29 jenis mamalia yang terpantau selama survei.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, kondisi hutan di bagian tenggara Pulau Wawonii dalam kondisi baik dengan tutupan vegetasi di atas 90 persen.
Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Kemerataan, dan Indeks Kekayaan Jenis termasuk dalam kategori tinggi. Tumbuhan bawah dan epifit juga ditemukan melimpah.
“Dengan kondisi hutan yang terjaga itu, tak heran bila Pulau Wawonii masih memiliki kekayaan jenis yang tinggi, baik pada taksa burung, mamalia, amfibi, maupun reptil,” tutur Prof Dr Ir Hj Husna.
Dirinya juga menerangkan, jika pada aspek kualitas ekologi perairan darat dan laut pun, khususnya di perairan Roko-Roko, di Pulau Wawonii dinilai juga masih terjaga. Serta, indeks keanekaragaman jenis biota perairan, mulai dari plankton, makrobentos, hingga meiobentos, termasuk dalam kategori sedang.
Oleh karena itu, melihat hasil observasi dan survei pemantauan tersebut, Profesor yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Mikoriza Indonesia (AMI) inimenekankan agar peran aktif seluruh sektor dibutuhkan untuk tetap mengedepankan prinsip ramah lingkungan dalam memanfaatkan potensi alam sekitar.
Dirinya juga berharap agar temuan pada Survei Pemantauan Wilayah Ekologi ini dapat menjadi acuan bersama seluruh stakeholder.
“Sebab, biodiversitas di Pulau Wawonii nyata adanya dan dapat dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara berkelanjutan. Namun demikian, tanggung jawab bersama untuk mengelolanya secara benar adalah mutlak tanpa tapi,” pungkasnya.