Jakarta, Portal.id – Produksi garam komersial di Okinawa, Jepang dimulai di lahan basah pasang surut dekat Naha, Prefektur Okinawa pada tahun 1694. Dalam buku panduan abad ke-19 tentang terapi diet, seorang dokter istana Ryukyuan bernama Tokashiki Pechin Tsukan mengklaim garam di Okinawa yang dikenal sebagai “māsu” bisa menghilangkan racun, memurnikan energi qi, dan menghalau penyakit paru-paru.
Tsukan, seperti dikutip dari The Japan Times, Selasa merekomendasikan agar orang-orang tak menggosok gigi dan membilas mata dengan larutan garam. Bagaimanapun, saat ini, orang-orang juga diberitahu untuk melihat garam seperti halnya lemak jenuh dan gula, sebagai penyebab utama hipertensi dan stroke.
Oleh karena itu, demi mengurangi beberapa manfaat nutrisi, pembuat garam di Okinawa menghasilkan produk yang dikemas dengan mineral seperti zat besi, tembaga, zinc dan magnesium. Kalium, mineral lain dengan tingkat natrium nitrat yang lebih rendah juga ditambahkan untuk membantu mengurangi tekanan darah.
Sebuah pabrik garam di Okinawa, bernama Takaesu Seienjo memberikan kesempatan bagi pengujung menyaksikan secara langsung teknik atomisasi air asin, proses yang menghasilkan penguapan yang cepat dan membantu melestarikan semua kandungan mineral air asinnya. Pengunjung perlu mendaftar untuk tur jika ingin masuk ke pabrik.
Garam di pabrik ini diproduksi menggunakan metode yang dikenal sebagai metode ladang garam yang mengalir, melibatkan pemompaan air asin dari laut terdekat, kemudian meneteskannya di atas cabang-cabang bambu terbalik yang tergantung pada bingkai besar.
Metode ini membantu menghilangkan deposit kalsium yang tidak diinginkan. Air kemudian mengalir melalui fondasi batu bata, di mana air disirkulasikan kembali melalui proses yang menggunakan matahari dan angin, menguapkan air dan meninggalkan kristal garam di cabang-cabang bambu.
Partikel garam dikumpulkan dalam panci besar, direbus, kemudian ditempatkan ke dalam stoples keramik besar. Nigari, konsentrat air garam yang dikumpulkan selama proses perebusan, ditambahkan dan larutan kemudian dibiarkan kering.
Hasilnya yakni arajio (garam batu) memberikan sedikit rasa pahit. Karena kondisi cuaca, pergeseran musim dan pasang surut, proses ini tidak dapat diproduksi secara massal.
Di antara produk yang dijual di pabrik garam Takaesu adalah garam magnesium, campuran kokutō (muscovado) yang terlihat mirip dengan garam Himalaya dan merek Hamahiga shikuwasa kuning yang dibuat dengan bahan kering dan bubuk. Ada juga sederet garam mandi yang menenangkan.