Kendari,Portal.id – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Komisi IX DPR RI yang merupakan mitra terus berupaya melakukan percepatan penurunan prevalensi stunting, termasuk di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kali ini menyasar para Mahasiswa, Generasi Berencana serta Kader Tim Pendamping Keluarga Kota Kendari bertempat di Pura Penataran Agung Jagadhita, Kota Kendari Kamis (15/12).
Dalam kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Sulawesi Tenggara bertema “karena anak adalah pembawa harapan, ayo cegah stunting sejak dalam kandungan.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sultra, Drs. Asmar, M.Si., mengaku sengaja menyasar kaum remaja yang yang akan menjadi keluarga dan melahirkan sumber daya manusia ke depan sehingga pemahaman tentang 1000 hari pertama kehidupan bagi remaja sangat penting sejak dari sekarang.
“Saat ini, BKKBN memiliki Program “PKBR” yakni Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta Genre atau Generasi Berencana,” katanya.
Melalui program ini kata dia, para remaja di edukasi untuk lebih mengenal diri dan kesehatan Reproduksinya sehingga kedepannya mereka sudah akan siap dalam berkeluarga.
“Anak-anak remaja yang hadir disini adalah “pabrik” yang akan melahirkan generasi penerus. Jadi tergantung komitmen masing-masing. Kalau pabriknya bagus, Indonesia emas akan terwujud, tapi kalau pabriknya buruk, generasi apa yang akan diberikan untuk hadiah Kemerdekaan RI ke 100 tahun,” kata Asmar.
Menurut Asmar, Stunting bukanlah sebuah penyakit, apalagi penyakit genetik.
“Contohnya, calon pengantin yang bertubuh pendek belum tentu menghasilkan anak pendek. Semua tergantung intervensi yang dilakukan dari hulu. “Hulu ini artinya di awal. Makanya sangat penting kegiatan ini bagi para remaja,” tegasnya.
Asmar menambahkan, 50 persen kasus stunting dipicu faktor tidak langsung, seperti pola asuh, ekonomi, pendidikan dan sanitasi.
“Sebagian lagi adalah faktor langsung, sehingga Asmar mewanti-wanti dan meminta remaja memerhatikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Sebisa mungkin ia menyarankan agar meminimalisir mengonsumsi makan instan,” katanya.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melkiades Laka Lena yang turut hadir melalui online zoom sangat mendukung kegiatan yang menyasar remaja ini. Sebab, Sulawesi Tenggara ini salah satu Provinsi yang merupakan sasaran Prioritas intervensi Percepatan Penurunan stunting.
“Setelah saya dalami, sebagian besar anak stunting itu dilahirkan dari orangtua yang nikah dini. Entah kecelakaan atau gimana,” kata Melkiades.
Menurut dia, Efek negatif pernikahan dini adalah ketidaksiapan mental. Ini akan berakibat sering cekcok dengan pasangan sehingga anak tidak terurus, selai organ reproduksi yang belum siap pula.
Ia pun mengingatkan, BKKBN sebagai mitra Komisi IX untuk bekerja keras mencapai target pemerintah menurunkan stunting menjadi 14 persen secara nasional yang saat ini masih 24,4 persen sedangkan untuk sultra masih diangka 30,2 persen. Angka yang sangat tinggi menurut Melky.
Sedangkan di Sulawesi Tenggara, ditargetkan pada capaian 14 persen. Legislator Golkar asal Nusa Tenggara Timur ini merasa optimis Sulawesi Tenggara akan mencapai target dengan harapan semua sektor dapat terlibat secara maksimal.
Kepala Dinas Dalduk dan KB Kota Kendari, Jahudin, mengatakan stunting itu jauh lebih baik mencegah daripada mengobati, makanya pemerintah daerah di Kota Kendari makin gencar melakukan edukasi kepada masyarakat.
“Kenapa remaja yang menjadi target karena remaja menjadi penerus masa depan bangsa, karena bonus demografi akan dapat dicapai apabila remaja yang ada sekarang dapat menjadi generasi yang berencana,” katanya.