Kendari, Portal.id – Menjelang pesta demokrasi 2024, ancaman keamanan daerah menjadi salah satu konsen yang perlu diperhatikan. Potensi timbulnya ancaman radikalisme dan terorisme tidak dapat disepelekan.
Menanggulangi hal tersebut, Direktorat Intelijen dan Keamanan (Dit Intelkam) Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra), bersama Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) berkomitmen akan berkoordinasi dalam menjaga keamanan Pemilu dari ancaman radikalisme serta terorisme.
Sebagai langkah awal, Dit Intelkam Polda, FKPT, OPD, KPU serta organisasi media mengadakan pertemuan, membahas upaya dan strategi dalam menangkal tindakan penyimpangan keamanan yang dapat terjadi pada pemilu mendatang, Kamis (13/7/2023).
Ketua FKPT Sultra, Andi Intang Dulung menuturkan, dengan adanya koordinasi ini dapat memberi dampak positif bagi masyarakat dan anak muda sekarang, apalagi di media sosial. Untuk itu, pihaknya menggandeng insan pers (media).
“Karena media itu kalau bicara orang tertarik dan mudah dipercaya oleh masyarakat ketika dia memihak pada Terorisme itu bahaya. Maka hari ini kita akan memberikan penguatan dalam rangka pengendalian menjelang pemilu tahun 2024 untuk mencegah radikalisme,” ujarnya, Kamis (13/7/2023).
Intang Dulung mengimbau, agar semua media di indonesia khususnya Sultra untuk menyampaikan informasi dengan terkendali. Artinya dengan koridor yang memang dianjurkan oleh pemerintah.
“Bahwa menjelang pemilu ini semuanya harus mengendalikan diri. Apalagi sekarang ini pengguna online itu kebanyakan kalangan anak muda mereka hadiri di sini itu untuk bisa mereka mengendalikan dalam bermedia sosial dengan memberikan dukungan tentang pengamanan dan pengendalian dalam rangka pencegahan radikalisme dan terorisme,” imbaunya.
Ditempat yang berbeda, Ketua KPU Sultra Asril menyampaikan dengan adanya forum koordinasi ini sebagai langkah positif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menangkal hoaks, yang banyak tersebar di masyarakat melalui media sosial (medso).
“Apalagi dalam menangkal hoax atau berita tidak benar. Tentunya itu menjadi sarana bagi kita untuk paham akan radikalisme untuk menyalurkan kepentingan mereka,” ujar Asril.
Laporan: Ferito Julyadi