Pendidikan & Budaya

Giat Program Wira Desa, Mahasiswa ITK Avicena Dongkrak Kesejahteraan Pelaku UKM di Desa Sindangkasih

×

Giat Program Wira Desa, Mahasiswa ITK Avicena Dongkrak Kesejahteraan Pelaku UKM di Desa Sindangkasih

Sebarkan artikel ini

PORTAL.ID – Kiprah mahasiswa Institut Teknologi dan Kesehatan (ITK) Avicenna dalam pengabdiannya pada masyarakat patut jadi percontohan.

Pasalnya, pengabdian yang dilaksanakan terbukti membawa dampak positif bagi masyarakat di Desa Sindangkasih, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel).

Pengabdian tersebut merupakan bagian dari Program Wirausaha Desa (Wira Desa) tahun 2021 dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Remendikbud Ristek).

Program Wira Desa adalah program-program kewirausahaan yang dijalankan oleh sekelompok anggota masyarakat.

Dengan proses pendampingan untuk penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru dan lama yang – berbasis potensi lokal dan berkonsep global.

Program Wira Desa dirancang, dilaksanakan, dimonitor dan dievaluasi oleh sekelompok mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Lembaga Eksekutif Mahasiswa.

Program Wira Desa merupakan upaya konkrit pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)
melalui kegiatan proyek desa.

Ketua Tim Mahasiswa ITK Avicena, Dedeng Rasmin Narti A menjelaskan, dalam program PWD timnya melakukan pendampingan Usaha Kecil Menengah (UKM).

“UKM yang kami dampingi ada tiga, usaha hidroponik, jamur tiram dan ayam petelur,” terang Dedeng kepada PORTAL.ID, Rabu 15 Desember 2021.

Menurutnya, kelompok usaha tersebut dipilih karena unit usaha menjadi yang terbanyak dilakukan masyarakat di Desa Sindangkasih.

Menurutnya, sesuai tujuan PWD peningkatan kesejahteraan pelaku UKM di wilayah pendampingan menjadi tujuan yang hendak dicapai.

Meskipun tidak mudah dan penuh tantangan, namun target tersebut bisa dicapai timnya yang juga dibantu sejumlah relawan dari kalangan mahasiswa.

Mahasiswa Jurusan Kesehatan Mahasiswa ini menceritakan, dalam program PWD mengubah mindset pelaku UKM menjadi tantangan tersendiri.

Pasalnya, UKM yang jalankan warga, dikelola dengan cara tradisional dan model pemasaran yang konvensional.

Sehingga, gagasan kreatif dan inovasi dalam produksi yang diusulkan timnya tidak serta merta diterima, melainkan dengan pendekatan persuasif yang intensif.

“Awalnya sempat ragu dengan gagasan kami, tapi kami bisa yakinkan kalau inovasi dalam produksi dan pemasaran itu perlu,” kata Dedeng.

Diungkapkannya, salah satu inovasi yang dilakukan timnya yakni memperluas jangkauan pasar dengan tools marketplace di media sosial.

Dengan memanfaatkan media sosial terjadi peningkatan penjualan yang masif sehingga berdampak langsung dengan keuntungan yang diterima.

Selain itu, lanjutnya, dengan tuntutan peningkatan penjualan maka berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas.

“Sebelumnya penjualannya konvensional saja ibaratnya dari mulut ke mulut, lalu kita bantu dengan menjual lewat media sosial facebook,” ujar Dedeng.

Peningkatan Produksi Untuk Mendongkrak Keuntungan

Dedeng mengungkapkan pendampingan UKM dalam PWD dilaksanakan timnya mulai Agustus – November 2021 atau selama tiga bulan.

Untuk anggota timnya sendiri yakni Alfiansyah Tambing, Fitri Ayu Ningsih, Sendi Klara Patulak, Sukma Saputri, dan Andri Indrawan.

Diungkapkannya, pendampingan yang dilakukan tidak hanya berkaitan dengan produksi dan pemasaran semata, tapi juga urusan legalitas.

“Waktu kami masuk, UKM yang kami dampingi belum punya legalitas, kemudian kami banyu uruskan legalitasnya, Karena itu penting untuk membangun kepercayaan konsumen,” kata Dedeng.

Sementara itu, untuk produksi timnya menemukan masalah seperti kapasitas kandang, atau luasan tanam hidroponik yang bisa menghambat peningkatan produksi.

“Karena saat kita mulai memanfaatkan media sosial permintaan meningkat, tapi produksi tidak bisa digenjot karena alat produksi terbatas,” ungkap Dedeng.

Untuk usaha jamur tiram, kata Dedeng, sebelumnya hanya menjual antara 5 – 7 kilogram sehari, dan jumlah tersebut tidak bisa memenuhi permintaan pasar.

Menurutnya, untuk mendongkrak kapasitas produksinya dilakukan perluasan area penyimpanan media tanam dari seluas 5 x 7 meter menjadi 10 x 25 meter.

Selain itu, peningkatan juga dilakukan pada media tanam yang awalnya hanya dibuat 100 polibeg/hari, menjadi 200-400 polibek/hari.

“Alhamdulillah sudah ada peningkatan produksi dan pemasarannya dari awalnya maksimal 7 kg perhari sekarang 10-12 kg/hari,” terang Dedeng.

Demikian halnya pada unit usaha ayam petelur yang awalnya hanya memiliki 1 kandang berisi 500 ekor ayam dengan telur yang dihasilkan ±12 rak/hari.

Telur tersebut untuk pemasarannya sebanyak 2-3 kali seminggu, dengan harga Rp 50 ribu per rakknya yang dijual kepada pembeli yang datang.

Melalui program PWD, dilakukan penambahan 1 unit kadang dengan ukuran 5 m x 15 m, dengan tambahan bibit ayam petelur sejumlah 500 ekor.

“Setelah dilakukan penambahan, perlahan tapi paati terjadi peningkatan hasil dari 12 rak/hari meningkat menjadi 15 rak/hari,” ungkap Dedeng.

Sementara itu, untuk usaha hidroponik juga dilakukan peningkatan alat produksi dari 78 batang pipa media pertumbuhan menjadi 80 batang pipa paralon.

Untuk biji net potnya ditingkatkan dari awalnya 500 biji net pot hidroponik menjadi 1000 biji net pot hidroponik, untuk meningkatkan hasil yang maksimal.

“Hasilnya, Alhamdulillah jumlah produk tanaman hidroponik bertambah dari 240 pot /hari menjadi 360 pot/hari dan produk yang dihasilkan sudah mulai memenuhi permintaan konsumen,” ujarnya.

Mahasiswa ITK Avicena Berkarya, Petani Sejahtera

Dedeng menceritakan, jika dirinya tidak menyangka jika PWD yang diikutinya akan sedemikian penuh tantangan dalam pelaksanaannya.

Bukan hanya tantangan soal produksi, tapi juga soal mengubah pola pikir pelaku UKM binaannya untuk adaptif dengan gadget dan teknologi.

Meski demikian, melihat perjuangan bersama tim nya selama tiga bulan bisa membuahkan hasil untuk masyarakat kecil, hal itu seakan membayar seluruh lelahnya.

“Yang pasti kami bersyukur dan senang bisa berguna untuk masyarakat, bisa membantu meskipun hanya waktu yang singkat,” kata Dedeng.

Diungkapkannya, PWD yang dijalankan bersama timmnya sudah membuahkan hasil yang sesuai target dan harapannya.

Untuk Ayam Petelur misalnya, telur yang dihasilkan yang awalnya 12 rak menjadi 15 rak dengan  keuntungan dari yang bersih 200 ribu /hari menjadi menjadi 300 ribu /hari.

“Pasar usaha ayam petelur sudah mencapai lintas kabupaten selain kota Kendari, yaitu Kolaka dan Buton Utara,” jelas Dedeng.

Selanjutnya untuk Usaha Hidroponik, terjadi peningkatan hasil dari 240 pohon per/hari menjadi 1120 pohon/hari.

Untuk kuntungan yang didapatkan petani sayur hidroponik tersebut, awalnya hanya sebesar Rp.1.440.000/bulan menjadi 4.600.000/bulan.

Sementara itu, untuk usaha Jamur Tiram dari yang awalnya hanya menghasilkan 7-10 kg/hari kini menjadi menjadi 30 kg/hari.

“Untuk keuntungan penjualan jamur tiram dari awalnya hanya menghasilkan dihasilkan Rp. 3.000.000/bulan kini menjadi 6.000.000/bulan,” ungkap Dedeng.

Dirinya berharap, gagasan kreatif dan inovasi yang dilakukan dalam PWD bisa dicontoh secara mandiri oleh para pelaku UKM lainnya.

“Pemerintah daerah maupun pusat dapat membantu meingkatkan dan memajukan usaha UMUKM di desa-desa menjadi usaha maju dan berkebang berdaya saing,” pungkasnya. /P:02

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan ikuti WhatsApp channel portal.id