KENDARI.PORTAL.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) merilis, sejumlah komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan pada periode September 2022.
Kepala BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Agnes Widiastuti, S.Si.,ME menjelaskan, ada tiga komoditi yang memberikan kontribusi besar terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan pedesaan.
Garis Kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin.
Sedangkan, kategori penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Untuk komoditi yang berkontribusi terhadap garis kemiskinan yakni pertama adalah beras dengan kontribusi sebesar 25,85 persen di perkotaan dan 26,49 persen di perdesaan.
Selanjutnya rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan sebesar 7,51 persen di perkotaan dan 12,90 persen di perdesaan.
“Ketiga, ikan Tongkol/Tuna/ Cakalang (4,38 persen di perkotaan dan 3,45 persen di perdesaan,” papar Agnes Widiastuti dalam rilis data bulanan BPS Sultra, Rabu 16 Januari 2023.
Sementara itu, untuk komoditi bukan makanan dengan kontribusi terbesar pada garis kemiskinan perkotaan dan perdesaan adalah perumahan 10,51 persen di perkotaan dan 9,28 persen di perdesaan.
Selanjutnya, bensin sebesar 3,24 persen di perkotaan dan 3,89 persen di perdesaan, dan listrik 2,84 persen di perkotaan dan 1,25 persen di perdesaaan.
Agnes menjelaskan, peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar (terhadap garis kemiskinan) dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.
“Besarnya sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada September 2022 sebesar 75,44 persen,” terang Agnes.
Sementara itu, untuk garis kemiskinan pada September 2022 adalah sebesar Rp 432.464,- per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2022, Garis Kemiskinan naik sebesar 7,01 persen.
Agnes juga menjelaskan, berdasarkan garis kemiskinan tersebut, jumlah penduduk kategori miskin Sultra pada periode September 2022 sebesar 314.74 ribu orang.
Angka tersebut naik 4,95 ribu orang, berdasarkan update data yang dirilis BPS Sultra pada Maret 2022 lalu, dimana jumlah jumlah penduduk miskin sebanyak 309.79 orang.
“Jika dipersentasekan, penduduk miskin pada September 2022 tercatat sebesar 11,27 persen, naik 0,10 persen poin terhadap Maret 2022,” jelas Agnes.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik 3,77 ribu orang, dari data pada Maret 2022 sebanyak 69,94 ribu orang menjadi 73,71 ribu orang pada September 2022.
Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin di perdesaan juga naik 1,19 ribu orang, dari 239,85 ribu orang pada Maret 2022 menjadi 241,04 ribu orang pada September 2022.
“Jika dipersentasekan, kemiskinan di perkotaan naik 0,27 persen poin dari 6,95 persen menjadi 7,22 persen. Sementara itu, di perdesaan naik 0,03 persen poin dari 13,57 persen menjadi 13,60 persen,” pungkasnya.