Serba-serbi

Integritas dan Kejujuran di Uji

×

Integritas dan Kejujuran di Uji

Sebarkan artikel ini
Farah Dalilah Balqis, Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumater Utara
Farah Dalilah Balqis, Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumater Utara, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Foto : Ist

Opini, Portal.id — Nilai-nilai keislaman sudah seharusnya menjadi bagian dari perkembangan dalam dunia akademik. Menselaraskan nilai-nilai akademik dan keislaman, dua hal yang saling menguatkan satu sama lain. Implementasi kedua hal ini sudah dilakukan dibeberapa bidang akademisi. Akan tetapi, perlu banyak berbenah untuk menciptakan dua hal erat ini selaras dan benar diimplementasikan, bukan sekedar nama besar namun tidak ada gerakan ataupun aksi. Saat ini yang menjadi PR besar dalam dunia akademik adalah tidak menyalahi etika. Berjalan dengan benar sesuai dengan ketentuan etika akademik islam. Sebuah integritas dan kejujuran sering kali menjadi ujian. Ditengah informasi yang super cepat dan teknologi yang semakin maju sering kali memudahkan untuk para pengampu pendidikan. Akan tetapi, kemudahan bisa membuat sebuah nestapa ditengah-tengahnya. Sering kali terjadi beberapa pelanggaran dan menyalahi etika, Plagiarisme misalnya.​

Integritas adalah sebuah prinsip yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan sifat amanah. Sikap amanah harus dimiliki oleh orang-orang yang berada dalam lingkup akademisi terlebih dalam menerbitkan karya ilmiah hal ini juga sebagai cara untuk membentuk citra yang baik. Islam sangat menekankan untuk kaum muslimin memiliki sifat dasar ini terlebih memiliki sifat jujur. Kejujuran bukan hanya dalam interaksi dengan manusia namun dalam akademik untuk tidak memanipulasi data ataupun melakukan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Memanipulasi data ataupun mengambil karya orang lain juga masuk dalam ranah menzhalimi orang lain karena mengambil hak yang bukan milik kita. Tentu saja ini ditentang keras oleh islam dan melanggar etika akademik islam.

Dalam dunia akademik saat ini memang sedang berlomba-lomba melakukan penelitian dan persaingan semakin ketat. Menunjukkan nilai-nilai akademisi ditengah masyarakat. Membuat masyarakat percaya bahwa akademisi dapat dipercaya. Perlu sekali menjaga integritas dan kualitas dari diri sebagai bagian dari pengabdian kepada akademik. Dalam islam juga kita dituntut untuk menuntut ilmu dan bersikap jujur atas ilmu yang kita punya dan yang diberikan. Ilmu yang harus dijaga. Kualitas diri juga menunjukkan bahwa kita menjaga ilmu itu sendiri dan tidak tergiur untuk hal-hal yang terlalu duniawi.

Seorang peneliti bertanggung jawab atas apa yang ditelitinya. Diharapkan tidak melakukan manipulasi data, plagiarisme, dan harus menjungjung tinggi nilai-nilai islam yang terkandung. Ketidak jujuran dalam akademisi memiliki dampak yang sangat buruk ditengah masyarakat. Mencederai etika akademik yang sudah disusun. Menjatuhkan citra diri sendiri. Sehingga, perlu sekali memahami apa yang diperbolehkan dan tidak dalam penelitian. Seorang muslim yang memiliki keimanan yang tinggi tidak akan mungkin berani untuk melakukan kecurangan-kecurangan. Mengambil karya orang lain tanpa izin sering kali menjadi sesuatu yang lumrah padahal ini sangat fatal karena menunjukkan ketidak berintegritas diri. Padahal Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang menipu, maka ia bukan dari golongan kami” (HR. Muslim). Prinsip yang harus dipegang oleh tiap-tiap muslim. Agar wajah islam yang benar dapat tercermin dari sebuah kejujuran.

Dalam akademisi ranah yang paling sering adalah adanya target yang harus dicapai terlebih pada perguruan tinggi, seperti dosen yang harus menerbitkan buku dan yang paling sering adalah jurnal ataupun mahasiswa yang harus membuat makalah, jurnal, dan tugas akhir. Hal ini tidak semestinya menjadikan kita untuk mudah mengambil hak orang lain. Adanya tuntutan dan tanggung jawab membuka diri kita untuk mengambil ilmu dimanapun untuk dipraktekkan dan dianalisis kembali bukan serta merta mengambil dengan cara yang salah seperti yang sering dilakukan. Hal buruk yang terjadi kedepannya bisa sangat fatal dan bisa berimbas pada diri sendiri yang pernah terjadi. Plagiasi skripsi milik orang lain yang tentunya dampak ini tidak hanya untuk pribadi mahasiswa akan tetapi berdampak pada citra dari jurusan, fakultas, bahkan sampai ke universitas. Hal ini membuat citra negatif untuk semua pihak. Tentu sangat merugikan. Jelas sangat melanggar etika akademik pada umumnya dan sudah pasti etika akademik islam.

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk menjaga integritas dan kejujuran dari seorang akademisi adalah adanya perasaan takut dan taqwa dalam diri.. ketika iman sudah tertanam dalam hati. Kejahatan seperti ketidak jujuran ini akan menghilang. Iman dalam diri seseorang akan mengkontrol tingkah laku. Sehingga saat memiliki niat untuk berbuat jahat bisa tertahankan karena ada keimanan didalamnya. Etika akademik islam yang lain juga bisa dijalankan ketika iman sudah melekat pada hati dan mempelajari ilmu tentang apa yang harus diperioritaskan. Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi akademisi bahkan kita diperintahkan dan diwajibkan untuk menuntut ilmu akan tetapi harus dilandasi dengan kejujuran dan tidak menyalahi aturan yang ada. Berada dalam lingkup akademisi kita bisa mengetahui sekuat apakah iman kita untuk tidak melanggar etika akademik.

Opini Oleh: Farah Dalilah Balqis

Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumater Utara, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan ikuti WhatsApp channel portal.id