KesehatanNewsSulawesi Tenggara

Upaya Tekan Angka Stunting di Sultra, BKKBN Maksimalkan Peran Satgas dan Pendampingan Keluarga

×

Upaya Tekan Angka Stunting di Sultra, BKKBN Maksimalkan Peran Satgas dan Pendampingan Keluarga

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Stunting.

Kendari, Portal.id – Upaya menekan angka stunting pada anak di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus memaksimalkan peran Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penurunan Stunting yang ada di 17 Kabupaten/Kota.

Selain satgas yang telah ada di 17 Kabupaten/Kota, BKKBN Sultra sejak awal tahun 2023 juga membentuk tim pendamping keluarga di setiap kecamatan dan telah melakukan pelatihan.

“Kita telah melakukan pelatihan bagi tim pendamping keluarga, dan hari ini sudah selesai. Bahkan, kami juga membentuk satuan tugas (Satgas) Stunting di setiap kabupaten/kota di Sultra,” ujar Kepala BKKBN Sultra, Asmar melalui keterangan resminya yang diterima awak media, Kamis (23/3/2023).

Dia menjelaskan, dengan adanya satgas dan tim pendamping keluarga diharapkan dapat dengan cepat mendorong percepatan angka stunting.

Namun tidak lepas tangan begitu saja, pihaknya juga melakukan monitor kinerja para satgas dan tim pendamping keluarga. Sehingga semua proses untuk menekan stunting dapat berjalan dengan baik, dan mendapat hasil sesuai dengan yang diharapkan.

“Ini dilakukan agar tidak ada lagi stunting baru yang muncul di tahun-tahun mendatang,” jelasnya.

Untuk diketahui, berdasarkan hasil Survei Satuan Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Sultra pada tahun 2022 lalu sebesar 27,7 persen. Angka tersebut mengalami penurunan jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencampai 30,2 persen.

Disebutkan, berdasarkan data SSGI prevalensi angka stunting Sultra tahun 2022 sebesar 27,7 persen atau mengalami penurunan dibanding tahun 2021 yang mencapai 30,2 persen.

Penyebab utama stunting sendiri beragam, diantaranya asupan gizi dan nutrisi yang kurang mencukupi kebutuhan anak, pola asuh yang salah akibat kurangnya pengetahuan dan edukasi bagi ibu hamil dan ibu menyusui.

Kemudian, buruknya sanitasi lingkungan tempat tinggal, seperti kurangnya sarana air bersih dan tidak tersedianya sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) yang memadai serta keterbatasan akses fasilitas kesehatan yang dibutuhkan bagi ibu hamil, menyusui dan balita.

 

 

Laporan: Ferito Julyadi

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan ikuti WhatsApp channel portal.id