Kendari, portal.id – Dinas Pariwisata (Dispar) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengajak sejumlah pelaku industri kreatif di Bumi Anoa untuk melakukan benchmarking (perbandingan) dengan industri kreatif yang ada di Kota Bandung, Jawa Barat, 17-19 Mei 2023.
Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi para pelaku industri di Sultra untuk lebih meningkatkan kreatifitasnya dalam menghasilkan inovasi-inovasi produk kreatif yang mereka mereka miliki.
Kepala Dinas Pariwisata Sultra Belli mengatakan, para pelaku industri dari Sultra yang ikut dalam benchmarking kali ini difokuskan pada industri fashion. Sejumlah pengrajin tenunan dan desainer lokal Sultra berpartisipasi dalam kegiatan ini.
“Kita berharap, benchmarking ini meningkatkan wawasan para pelaku industri dalam menciptakan produk maupun inovasi, serta kolaborasi dengan pelaku industri yang ada di Kota Bandung,” kata Belli dalam siaran pers yang diterima media ini, Rabu (17/5).
Pemilihan Kota Bandung sebagai tujuan benchmark karena kota ini telah menjadi salah satu kota kreatif yang masuk dalam UNESCO Creative City Network (UCCN) pada bidang desain. Di Indonesia, baru empat kota yang masuk dalam kategori kota kreatif yang ditetapkan UNESCO, yakni Bandung (Kota Desain), Pekalongan (Kota Kerajinan dan Kesenian Rakyat), Ambon (Kota Musik), dan Jakarta (Kota Literasi).
Selain para pelaku industri, kegiatan benchmarking ini juga mengikutsertakan unsur pemerintah kabupaten/kota di Sultra untuk melihat bagaimana Pemerintah Kota Bandung dan Jawa Barat secara umum mendorong tumbuhnya industri kreatif di daerahnya.
Salah satu fasilitas yang dikunjungi adalah Gedung Bandung Creative Hub (BCH), sebuah fasilitas yang dibangun Pemerintah Kota Bandung di era Walikota Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat saat ini), yang menghimpun komunitas-komunitas kreatif di kota itu untuk meningkatkan kapasitasnya.
Secara struktural, pengelolaan BCH berada di bawah kendali Unit Pelaksana Teknis (UPT) Padepokan Seni Kreativitas dan Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Fasilitas ini menampung semua pelaku-pelaku industri kreatif untuk mengasah dan meningkatkan kemampuannya di bidang masing-masing, mulai dari musik, fotografi, film, tari, desain, fashion, dan lain-lain.
“Semua aktifitas ini gratis bagi seluruh komunitas kreatif yang hendak mengasah ataupun yang hendak mempertunjukkan kemampuannya. Semua biaya operasional dan perawatan gedung murni ditanggung oleh pemerintah kota,” kata Kepala UPT Padepokan Seni Kreativitas dan Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Arini Mustika Dewi saat beraudience dengan tamu dari Sultra.
Fasilitas yang tak kalah menarik yang juga dikunjungi adalah Pasar Kreatif Jawa Barat yang diberi nama “Jabart Store”. Fasilitas ini dibangun oleh Pemprov Jawa Barat yang menampung seluruh produk-produk kreatif yang dihasilkan di daerah ini.
Dibangun di atas lahan kurang lebih satu hektar milik pemprov, fasilitas ini di bawah kendali Dinas Perindustrian dan Perdagangan, sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada badan usaha milik daerah Jawa Barat, PT. Jaswita Jabar. Pelaku industri kreatif yang hendak memasarkan produknya dapat menggunakan fasilitas tersebut dengan sistem konsinyasi.
Para pelaku industri sangat terbantu karena mereka harga produk mereka di Jabart Store tetap sama dengan harga jual di tempat mereka sendiri. Mereka juga mendapat dukungan proosi yang terus menerus melalui media sosial yang dimiliki Jabart Store.
“Kita berharap, benchmark ini dapat menginspirasi pelaku industri di Sultra maupun pemangku kepentingan di sektor ekonomi kreatif untuk dapat melakukan inovasi dala, tata kelola inudstri ekonomi kreatif di Sultra,” pungkas Belli.