Kendari, Portal.id — Meski debat pertama Capres 2024 telah berakhir beberapa hari lalu, publik masih saja terus membicarakannya hingga kini. Baik di laman media mainstream, maupun di media sosial.
Pasca debat tersebut, Wakil Ketua Dewan Pembina dan Wakil Ketua DPP Partai Gerindra, Fadli Zon memberikan catatan positif.
Melalui keterangan resminya, Fadli menyebutkan, tingginya tanggapan publik atas debat pertama pilpres menunjukkan masyarakat Indonesia antusias mengikuti acara tersebut. Hal tersebut menandakan kehidupan demokrasi di negara ini masih cukup baik.
“Ada keterlibatan dan partisipasi publik dalam proses berdemokrasi yang tengah berlangsung,” ujarnya.
Kedua, berbeda dengan debat pada dua pilpres sebelumnya yang hanya menghadirkan dua pasang calon. Pada debat kali ini masyarakat kembali disuguhi debat lebih dari dua kandidat. Menurutnya, itu menjadi hal positif yang pantas diapresiasi.
Menurut hematnya, polarisasi dua kubu sebagaimana pernah muncul pada dua pilpres sebelumnya tidak boleh dipelihara. Sehingga, hadirnya tiga kandidat dalam pilpres 2024 mendatang adalah bentuk kemajuan.
“Alhamdulillah, kehidupan demokrasi kita tak jadi mandek. Kita bisa menatap tahun 2024 dengan pandangan lebih optimis,” ucapnya.
Terkait isi dan jalannya debat, jelas Fadli, terdapat satu poin penting yang dirinya garis bawahi. Dari tiga kandidat, Capres Prabowo Subianto bisa tampil otentik, apa adanya.
“Ada yang bilang, Prabowo satu-satunya kandidat yang bukan plastik. Saya sepenuhnya setuju dengan perumpamaan tersebut. Sebagai tokoh, Prabowo memang tak menyukai pencitraan. Bahkan, dalam sejumlah hal, ia bisa disebut anti-pencitraan. Saya yang mengenal dekat selama 30 tahun, menyaksikan bagaimana Prabowo hanya mau tampil apa adanya tanpa kosmetik. Bahasa dan pernyataan politiknya selalu lugas, tak pernah belepotan oleh bedak dan lipstik,” jelasnya.
Mantan aktivis itu menyinggung pertanyaan insinuatif dari Ganjar ke Prabowo saat debat capres terkait kasus pelanggaran HAM. Dengan tegas Prabowo menjawab, bahwa tidak pernah memiliki persoalan dengan tudingan-tudingan tersebut. Argumen tersebut diperkuat dengan kenyataan, bahwa sebagian besar aktivis 1998 menjadi pendukungnya dalam debat malam itu.
“Jadi menurut saya, jawaban-jawaban Prabowo dalam debat pertama pilpres ini sudah sangat lugas, tegas, dan juga telak. Prabowo tak menjawab dengan kata-kata normatif dan bersayap sebagaimana sering dilontarkan dua kandidat lain, yang sebenarnya jika diteliti hanya bersifat tautologis, jika begini maka begitu,” bebernya.
Dengan demikian, tegas Fadli, di zaman simulakra seperti sekarang ini, dimana realitas palsu mudah sekali diciptakan dan disebarluaskan, sangat dibutuhkan pemimpin otentik dan bukan pesolek seperti Prabowo Subianto.
“Kita butuh pemimpin berkarakter, yang sudah selesai dengan dirinya, bukan petugas partai, bukan pula ronin,” tegasnya.
Laporan: Ferito Julyadi