Keutamaan salat Tarawih yang selanjutnya adalah jika menjalankan salat ini maka umat Muslim akan mendapatkan pahala beribadah satu malam penuh.
Keutamaan kedua ini dijelaskan dalam hadis riwayat at-Tirmdzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i:
مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Artinya: “Barang siapa salat Tarawih bersama imam sampai selesai, maka untuknya dicatat seperti beribadah semalam.”
Untuk perbedaan jumlah rakaat sholat Tarawih pada pelaksanaannya di bulan Ramadan. Perbedaan pendapat ini tak lain karena bagaimana ulama menyikapi atsar Umar bin Khatab.
Tidak ada batasan jumlah rakaat dalam salat Tarawih sebagaimana nabi Muhammad SAW bersabda,
“Salat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika salah seorang di antara kalian takut masuk waktu Subuh, maka kerjakanlah satu rakaat. Dengan itu berarti kalian menutup salat tadi dengan witir,” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749, dari Ibnu ‘Umar).
Para ulama berbeda pendapat mengenai penafsiran hadist terkait jumlah rakaat sholat Tarawih pada 4 Imam mazhab. Berikut pendapat mereka terkait jumlah rakaat Tarawih:
1. Imam Abu Hanifah
Al-Iraqi dalam kitabnya Tharhu at-Tatsrib menukil pendapat Abu Hanifah,
وقال أبو حنيفة الأفضل أن يصلي أربعا أربعا وإن شاء ركعتين وإن شاء ستا وإن شاء ثمانيا وتكره الزيادة على ذلك
“Abu Hanifah mengatakan, yang afdhal shalatnya dikerjakan 4 rakaat-4 rakaat.
Jika dia mau, boleh 2 rakaat. Jika dia mau, boleh 6 rakaat, dan jika dia mau, boleh 8 rakaat salam. Dan makruh lebih dari itu,” (Tharhu at-Tatsrib, 3/74).
2. Imam Malik
Mengutip Ibnu Abdil Barr, terkenal sebagai penganut mazhab Malik bin Abbas, berkata:
وأكثر الآثار على أن صلاته كانت إحدى عشرة ركعة وقد روي ثلاث عشرة ركعة. واحتج العلماء على أن صلاة الليل ليس فيها حد محدود والصلاة خير موضوع فمن شاء استقل ومن شاء استكثر.
“Kebanyakan atsar menunjukkan bahwa salat beliau adalah 11 rakaat, dan diriwayatkan bahwa 13 rakaat.
Para ulama berdalil bahwa salat lail tidak ada batasnya, dan salat adalah ibadah terbaik, siapa yang berkehendak silakan menyedikitkan rakaat, dan siapa yang berkehendak, maka silakan memperbanyak rakaat.”
Tak ada batasan dalam shalat malam termasuk dalam pelaksanaan salat Tarawih, boleh dilaksanakan 11 rakaat atau lebih.
3. Imam Syafi’i
Mengutip penjabaran ustaz Firanda di laman Bekal Islam, Az-Za’farani meriwayatkan dari As-Syafi’i:
“Aku lihat orang-orang di Madinah mengerjakan shalat 39 rakaat. Yang lebih aku suka adalah 20. Begitu pula yang dikerjakan di Makkah.
Tidak ada dalam hal ini batas akhirnya, jika mereka perbanyak rukuk dan sujud maka lebih baik”.
4. Imam Ahmad
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وَالتَّرَاوِيحُ إنْ صَلَّاهَا كَمَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيِّ، وَأَحْمَدَ: عِشْرِينَ رَكْعَةً أَوْ: كَمَذْهَبِ مَالِكٍ سِتًّا وَثَلَاثِينَ، أَوْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ، أَوْ إحْدَى عَشْرَةَ فَقَدْ أَحْسَنَ.كَمَا نَصَّ عَلَيْهِ الْإِمَامُ أَحْمَدُ لِعَدَمِ التَّوْقِيفِ فَيَكُونُ تَكْثِيرُ الرَّكَعَاتِ وَتَقْلِيلُهَا بِحَسَبِ طُولِ الْقِيَامِ وَقِصَرِهِ
“Salat Tarawih jika dikerjakan sesuai mazhab Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ahmad adalah 20 rakaat, atau sesuai mazhab Malik 36 rakaat, atau 13, atau 11 maka itu baik.
Seperti dikatakan oleh Imam Ahmad, karena tidak ada penentuan batas akhir, sehingga memperbanyak jumlah rakaat dan mempersedikit dilakukan tergantung panjang atau pendeknya berdiri.”
Salat witir adalah salat sunah yang bilangan rakaatnya ganjil, yaitu minimal 1 rakaat dan maksimal 11 rakaat.
Salat witir merupakan sebagai salat penutup, sebagaimana Abdullah bin Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Artinya: “Jadikanlah akhir salat kalian di malam hari adalah salat witir,” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751).
Dalam pelaksanaan salat Tarawih umumnya melaksanakan salat witir 3 rakaat. Dengan jumlah 8 rakaat mengerjakan Tarawih dan 3 rakaat witir sehingga 11 rakaat. Begitu juga 23 rakaat sudah termasuk 3 rakaat witir.
Perbedaan tersebut tidak masalah, tapi yang terbaik adalah yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW, tapi berdirinya agak lama.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوتِ
Artinya: “Sebaik-baik salat adalah yang lama berdirinya,” (HR. Muslim no. 756).
Berapa pun jumlah rakaat sholat Tarawih tidak menjadi masalah, karena yang menjadi patokannya bukan jumlah rakaat tapi, durasi salat yang dilaksanakan itu sendiri.
Selain itu, hal yang lebih penting dari itu semua adalah menjalankan ibadah sholat Tarawih dengan penuh keikhlasan selama bulan Ramadan.