NewsPeristiwa

Erupsi Semeru Tercatat Mulai 1818, Pernah “Ngamuk” Lontarkan 6,4 Juta Kubik Material dan 10 Kilometer Awan Panas

×

Erupsi Semeru Tercatat Mulai 1818, Pernah “Ngamuk” Lontarkan 6,4 Juta Kubik Material dan 10 Kilometer Awan Panas

Sebarkan artikel ini

NEWS – Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB) menyebut, letusan Gunung Semeru telah tercatat terjadi sejak 1818 atau sejak 203 tahun yang lalu.

Sebelum tahun itu, tidak ada catatan resmi terkait amukan puncak tertinggi di Pulau Jawa itu karena belum ada teknologi pendokumentasian yang memadai.

Aktifitas vulkanologi di gunung yang kerap disebut sebagai Mahameru itu baru terekam pada tahun 1941-1942 dengan bukti pertama aktivitas vulkanik berdurasi panjang.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942.

Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan.

Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 – 1957, 1958, 1959, 1960.

“Tak berhenti sampai di sini, Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya,” tulis Abdul Muhari.

Selain erupsi Lo besar pada Sabtu 4 Desember 2021, dengan guguran awan panas serta aterial vulkanik mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Erupsi bak amukan raksasa yang dahsyat juga terjadi pada 1 Desember 1977. Saat itu, bahkan guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar.

Sedangkan volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. Selain itu, ada juga ‘wedush gembel’ yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan.

Akibat dahsyatnya ledakan Semeru, saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 – 1989.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008.

Pada tahun 2008, tercatat Gunung Semeru juga mengalami beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008.

Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru.

Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 – 4 kali setiap jam.

Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya.

Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru. Saat ini Gunung Semeru berada pada status level II atau ‘Waspada’

Dampak Erupsi Semeru: 14 Meninggal, 56 Luka Berat dan 1300 0ramg Mengungsi

Abdul Muhari juga mengatakan, imbas letusan Semeru ada 14 orang diketahui meninggal dunia setelah Gunung Semeru meletus pada Sabtu 4 Desember 2021.

Dalam keterangan hari Minggu 5 Desember 2021, petang, BNPB juga mengatakan jumlah korban luka berat dan ringan 56 orang.

“Jumlah korban meninggal dunia, terdata hingga saat ini (Minggu petang WIB) 14 orang,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kapusdatin BNPB Abdul Muhari, dalam keterangan pers daring.

“Dari para korban meninggal tersebut, lima yang berada di RS Bhayangkara, Lumajang, belum bisa diindentifikasi,” kata Muhari.

Dengan status level II atau Waspada dirinya mengimbau sejumlah hal untuk menjadi perhatian masyarakat, yakni:

Pertama, masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru.

Selain itu, jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara –  selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

Kedua, masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi.

Ketiga, perlu diwaspadai  potensi luncuran di sepanjang lembah  jalur awan panas Besuk Kobokan.

Keempat, mewaspadai ancaman lahar di  alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk.

Terkait dengan perkembangan erupsi Gunung Semeru, BNPB mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memperhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PVMBG.

BNPB terus memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat dalam penanganan darurat erupsi. / Sumber: bnpb.go.id/p:02

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan ikuti WhatsApp channel portal.id